Hangatnya Ukhuwah dalam Halal Bihalal PMB Batam Kota: Nasi Liwet, Pantun, dan Laporan Dakwah

Batam – sidikfokus.id – Suasana hangat penuh kekeluargaan menyelimuti malam Rabu, 9 April 2025, ketika para anggota Persatuan Muballigh Batam (PMB) Batam Kota berkumpul dalam sebuah momentum yang sarat makna. Bertempat di Masjid Annur, Villa Pesona Asri, kegiatan Halal Bihalal dan Pengumpulan Laporan Kegiatan Penerima Insentif PMB Periode Januari–Maret 2025 berlangsung dengan khidmat namun tetap penuh keakraban.

Acara ini menjadi ajang silaturahmi pasca bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah. Sebuah momentum yang tidak hanya bertujuan untuk saling memaafkan, namun juga untuk mempererat tali ukhuwah islamiyah antar anggota PMB yang selama ini konsisten bergerak dalam dakwah dan pemberdayaan umat. Sejak ba’da Isya, para ustadz dan ustadzah mulai berdatangan, menyambut undangan yang telah diedarkan sebelumnya dengan antusiasme yang tinggi.

Dibalut suasana santai namun tetap terstruktur, pengurus PMB mengajak seluruh anggota yang menerima insentif triwulan pertama tahun 2025 untuk menyampaikan laporan kegiatan dakwahnya. Sebuah langkah administrasi yang tidak hanya berfungsi sebagai kontrol, tetapi juga bentuk akuntabilitas dan tanggung jawab moral. Bagi yang mengalami kendala teknis dalam penyusunan laporan, panitia memberi ruang untuk membawa data mentah, yang kemudian dibantu penyusunannya oleh tim teknis yang telah disiapkan.

Namun lebih dari sekadar forum pelaporan, acara ini terasa istimewa karena diramu dengan nuansa kekeluargaan yang kental. Hidangan khas berupa nasi liwet disiapkan sebagai simbol persatuan dalam kesederhanaan. Aroma santan dan rempah-rempah yang membumbung dari dapur masjid seolah menjadi isyarat akan kehangatan yang terpancar dalam kebersamaan malam itu.

Suasana grup WhatsApp PMB pun tidak kalah meriah. Sejak sore, percakapan digital mulai ramai dengan informasi, canda, dan pantun yang mengalir lepas. Nursalim, salah satu anggota aktif, mengabarkan bahwa ia masih berada di Guntung. Sebuah pesan singkat yang segera disambut gurauan oleh rekan sesama muballigh, “Jangan digantung-gantung,” ujar MF Hambali, disambut gelak tawa virtual.

Beberapa anggota mengonfirmasi telah tiba di lokasi, sementara yang lain terus mendorong semangat untuk segera hadir. “Ayo para guru, merapat segera,” ajak Arjal dengan nada persuasif yang bersahabat. Hidayat Hasbullah bahkan meminta agar disiapkan pisau untuk mengupas mangga, sebuah permintaan kecil yang menunjukkan betapa segala urusan, dari spiritual hingga urusan dapur, menjadi bagian dari kebersamaan yang harmonis.

Mereka yang berhalangan hadir pun tetap menyampaikan izin dengan sopan dan penuh penghormatan. Ada yang sedang kurang sehat, ada pula yang sedang bertugas di luar kota dan baru kembali ke Batam keesokan harinya. Semua disampaikan dengan bahasa yang santun, menjadi penanda bahwa ukhuwah tak harus dibatasi ruang dan waktu.

Sementara itu, kreativitas para anggota turut memperindah suasana lewat bait-bait pantun yang dilontarkan secara spontan. Salah satunya menulis, “Minum air Soya sambil duduk di ladang, menuju ke ladang naiknya sampan. Saya hanya bisa memandang, anggota PMB wajahnya tampan-tampan.” Tak kalah menghibur, muncul pula baris-baris jenaka seperti “Ubur-ubur ikan lele, Kyai Haris Fauzi lebih tampan, Lee,” serta syair bijak, “Kalau tuan pergi ke ladang, pergi ke ladang membawa parang. Kalau sering mandang-memandang, meskipun tuan tak makan, insya Allah perutnya kenyang.”

Tak ketinggalan, semangat dakwah pun terbingkai dalam pantun religius yang menyentuh, “Pergi berkayuh ke Tanjungpinang, jangan lupa membeli kentang. Kalau perut sudah kenyang, duduk di halaqoh PMB pun menjadi tenang.”

Halal Bihalal kali ini bukan hanya menjadi ruang tatap muka, tetapi juga menjadi ladang pahala, tempat bercermin, berbagi tawa, dan menyatukan langkah. Momentum ini menunjukkan bahwa dalam PMB Batam Kota, spirit kolektif bukan hanya tertuang dalam ceramah dan khutbah, tetapi juga dalam secangkir teh, selembar laporan, dan sebaris pantun yang membuat ukhuwah semakin bermakna.

Melalui kegiatan ini, PMB Batam Kota tidak hanya menjaga semangat organisasi, tetapi juga merawat nilai-nilai kebersamaan yang menjadi jantung dari gerakan dakwah mereka. Sebuah bukti bahwa dakwah bukan hanya urusan mimbar, tetapi juga urusan meja makan, percakapan ringan, dan silaturahmi yang hangat. (Nursalim Tinggi/Yti).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *