Batam — sidikfokus.id – Di tengah semilir angin laut dan debur ombak yang tenang, panorama pesisir Batam tampak menggoda. Langit membiru berpadu dengan air laut yang berkilau, seolah menyambut masa depan baru pariwisata bahari Kota Batam. Di sinilah, tepat di tepi pantai kawasan wisata alam yang masih perawan, seorang figur penuh semangat bernama Ramdan—akrab disapa A Hui—menyambut para tamu dan sahabat yang datang untuk melihat langsung cikal bakal kawasan wisata pantai dan pemancingan yang tengah ia gagas.
Pertemuan berlangsung hangat dan sarat kekeluargaan pada Minggu siang, 4 Mei 2025, pukul 12.15 WIB. Lokasi wisata yang menjadi titik temu itu bukan sembarang tempat—di sanalah, menurut cerita yang beredar, Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J. Habibie, pernah singgah untuk pertama kalinya ketika menapakkan kaki di Batam. Aura sejarah berpadu dengan pesona alam, menciptakan suasana yang menggugah imajinasi akan masa depan destinasi ini.
A Hui, sebagai pemilik kawasan ini, menjelaskan dengan antusias bahwa pihaknya tengah menyiapkan sebuah konsep wisata terpadu berbasis rekreasi laut dan pemancingan. Salah satu ikon utama yang akan dibangun adalah rumah apung sebagai sentra kegiatan memancing. Rumah apung ini bukan hanya sekadar tempat berteduh atau singgah, melainkan akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti kantin yang menyediakan makanan laut segar, alat pancing yang lengkap, hingga umpan yang disediakan secara khusus bagi para wisatawan pemancing.
“Kita ingin semua pengunjung yang datang merasakan pengalaman memancing yang nyaman dan menyenangkan. Bukan hanya bagi para profesional, tapi juga untuk keluarga dan pemula,” ungkap A Hui sembari menunjuk lokasi yang akan dijadikan titik utama pembangunan rumah apung tersebut.
Untuk mencapai lokasi pemancingan, pengunjung nantinya akan diajak menaiki pancung, yaitu perahu kecil tradisional khas daerah pesisir. Sensasi menyusuri laut dengan pancung menuju rumah apung akan menjadi daya tarik tersendiri—menyatu dengan laut, angin, dan lanskap memukau yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan Singapura.
Pemandangan di sekitar lokasi sungguh menakjubkan. Dari kejauhan terlihat lalu lintas kapal internasional yang hilir mudik di jalur pelayaran dunia. Panorama alam bahari yang terbuka luas ini menjadi nilai jual utama yang tidak banyak dimiliki destinasi wisata lain. Dengan udara segar, kejernihan air, dan latar belakang negeri jiran yang tampak dari kejauhan, tempat ini diyakini akan menjadi magnet baru wisata bahari di Batam.
Untuk memperkuat estetika dan keamanan lokasi, A Hui juga merencanakan pembangunan bang lori—semacam tembok penahan dan penambah kontur estetika kawasan pantai. Ini penting agar tanah pantai tidak mudah longsor, sekaligus menambah keindahan dan daya pikat bagi para pengunjung yang ingin berswafoto atau sekadar menikmati suasana.
Program wisata ini dirancang untuk diluncurkan secara resmi pada Juli 2025. A Hui berharap, dengan dukungan dan doa restu dari masyarakat Kota Batam, kawasan ini bisa menjadi ruang rekreasi unggulan yang mampu mendongkrak perekonomian lokal, membuka lapangan kerja baru, serta memperkuat identitas bahari Batam sebagai destinasi pariwisata kelas dunia.
“Batam itu punya potensi yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita kelola dengan cinta dan kreativitas,” ujar A Hui menutup pembicaraan dengan senyum optimis.
Dari sebuah pantai yang dahulu hanya menjadi tempat singgah biasa, kini harapan baru tumbuh. Wisata pesisir Batam bersiap menatap masa depan, dengan mimpi besar yang ditambatkan di rumah apung—menjadi jantung baru pariwisata bahari yang mengundang siapa pun untuk datang, merasakan, dan jatuh cinta.(Nursalim Turatea/Yti).