APEBSKID Perkuat Diplomasi Budaya Melalui Perjalanan Reflektif di Bali, Siap Ekspansi ke Segitiga Emas Nusantara
Bali, sidikfokus.id – 1 Mei 2025 — Jejak langkah para intelektual dan pelaku budaya dari seluruh penjuru tanah air berpadu dalam peristiwa monumental: Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I yang digelar oleh Afiliasi Pengajar, Peneliti Budaya, Sastra, Bahasa, Komunikasi, Seni, dan Desain (APEBSKID) di Pulau Dewata, Bali.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi agenda kerja tahunan, melainkan juga ruang refleksi spiritual, dialog kebudayaan, serta peneguhan kembali peran akademisi dan seniman sebagai penjaga nilai-nilai kebangsaan. Dalam balutan kearifan lokal Bali yang sarat filosofi, para peserta membangun jembatan kebudayaan yang menyatukan perbedaan melalui semangat literasi, estetika, dan kolaborasi lintas bidang.
Para pengajar, peneliti, budayawan, penulis, dan seniman yang tergabung dalam APEBSKID menjadikan perjalanan ini sebagai bentuk konkret komitmen terhadap penguatan literasi budaya dan integrasi pengetahuan lintas disiplin. Dari tarian tradisional di tepian Danau Beratan hingga dialog ilmiah yang akrab dan reflektif, narasi kebudayaan terus dijalin menjadi kekuatan kolektif bangsa yang berakar dan berdaya saing.
Suwardi Endraswara pakar terkemuka dalam bidang sastra dan budaya, yang juga menjabat sebagai Dewan Pembina APEBSKID Indonesia, menegaskan pentingnya kegiatan seperti ini dalam menjaga semangat keilmuan yang membumi dan membudaya. “Bali bukan hanya destinasi wisata, tetapi ruang spiritual yang mengingatkan kita bahwa ilmu dan seni harus bersumber dari akar budaya bangsa. APEBSKID membuktikan bahwa akademisi bisa merayakan pengetahuan dalam format yang hidup, menyentuh, dan membumi,” ujar beliau penuh semangat.
Di tengah kekayaan pengalaman tersebut, muncul wacana strategis dari sejumlah peserta agar kegiatan serupa tidak hanya berpusat di Bali. Salah satu gagasan inspiratif datang dari Nursalim Turatea, Ketua APEBSKID Provinsi Kepulauan Riau, yang menyampaikan dukungan dan harapan besar:
“Saya sangat mendukung kegiatan reflektif dan kolaboratif seperti yang dilakukan APEBSKID di Bali. Ini bukan hanya ajang silaturahmi akademik, tetapi juga ruang penting untuk merawat kebhinekaan melalui ekspresi budaya. Ke depan, saya mengusulkan agar kegiatan besar semacam ini juga dilaksanakan di kawasan Segitiga Emas Indonesia–Singapura–Malaysia, yang bertempat di Kota Batam sebagai tuan rumah. Batam adalah kota strategis dan modern, sekaligus simpul peradaban Melayu-Maritim yang layak dijadikan pusat diplomasi budaya internasional.”
Gagasan ini disambut hangat oleh pengurus pusat dan peserta dari berbagai daerah. Kota Batam dinilai memiliki posisi geografis dan geopolitik yang kuat untuk menjadi poros pertemuan kebudayaan regional, sekaligus wajah Indonesia yang siap menyapa dunia dalam semangat harmoni dan intelektualitas dengan moto “APEBSKID MELINTAS BATAS”.
Sementara itu, Much. Khoiri, tokoh inspiratif APEBSKID sekaligus pegiat literasi naratif, mengajak seluruh peserta untuk mengabadikan pengalaman ini dalam bentuk tulisan. “Jadikan perjalanan ini bahan travel writing. Bukan sekadar kisah pribadi, tetapi refleksi budaya dan dokumentasi peradaban,” pesannya.
Dari Banyuwangi hingga Banjarmasin, dari Klaten hingga Batam, para peserta membawa pulang semangat baru. Mereka sepakat bahwa perjalanan ini bukanlah penutup, melainkan pembuka gerbang baru dalam kerja-kerja kebudayaan yang lebih konkret, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Sebagai organisasi lintas disiplin yang menaungi pengajar dan peneliti di bidang budaya, sastra, bahasa, komunikasi, seni, dan desain, APEBSKID kini menapaki fase baru. Dengan semangat lintas batas dan visi peradaban, APEBSKID siap melangkah ke panggung global—menjadi pelopor transformasi intelektual yang membumikan ilmu dan membudayakan kebijaksanaan.(Redaksi).