Diduga Lalai dalam Penanganan Pasien, RS Tuai Sorotan Keluarga Korban

KOTA BATAM – sidikfokus.id – Dugaan kelalaian dalam penanganan pasien kembali mencuat setelah seorang pasien perempuan yang dirawat di RS Jasmine meninggal dunia secara tragis tanpa penjelasan medis yang memadai kepada pihak keluarga. Suami korban, yang menjadi saksi hidup dari seluruh proses perawatan, mengungkapkan kronologi memilukan mengenai layanan rawat inap yang dianggap jauh dari standar kemanusiaan dan medis.

Menurut pengakuan suami korban, sejak istrinya dipindahkan dari ruang tindakan ke ruang rawat inap, tidak ada satu pun kunjungan dari dokter ataupun perawat untuk melakukan pemeriksaani lanjutan. Hanya satu kali pasien mendapat suntikan yang dikatakan sebagai obat anti-nyeri. Namun, setelah itu, pasien dibiarkan begitu saja tanpa perhatian medis lebih lanjut meskipun terus mengeluhkan rasa sakit yang semakin parah.

Situasi semakin memburuk saat sekitar pukul 04.00 dini hari, suami korban melihat istrinya dalam kondisi megap-megap, kesulitan bernapas. Ia segera melaporkan kepada petugas jaga dan meminta bantuan oksigen. Ironisnya, tidak ada satu pun perawat yang datang untuk memeriksa langsung kondisi pasien, apalagi memberikan bantuan oksigen yang sangat dibutuhkan. Pernyataan dari salah seorang petugas medis, dr. Benny, yang menyebut bahwa “sesaknya belum tentu butuh oksigen,” menuai tanda tanya besar dan kecaman dari pihak keluarga. Pernyataan itu dinilai tidak berdasar dan mencerminkan rendahnya kepedulian serta kompetensi dalam penanganan pasien kritis.

Karena kelelahan dan kondisi mental yang terguncang, suami korban sempat tertidur hingga akhirnya dibangunkan oleh perawat sekitar pukul 05.00 dengan pemberitahuan bahwa akan dilakukan tindakan kuretase. Namun, yang terjadi justru membuat hatinya hancur. Ketika ia mencoba membangunkan istrinya, wanita yang dicintainya itu sudah tidak merespons sama sekali. Ia pun segera melapor kembali kepada petugas, yang kemudian datang dengan membawa perlengkapan medis. Sayangnya, semua sudah terlambat. Setelah beberapa tindakan yang tidak dijelaskan, perawat menyatakan bahwa pasien telah meninggal dunia.

Tragisnya, setelah peristiwa kematian itu, tidak ada penjelasan apa pun dari pihak rumah sakit mengenai penyebab kematian. Suami korban hanya diberikan mobil jenazah dan selembar surat kematian untuk membawa pulang jasad istrinya. Beberapa hari kemudian, ia menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai petugas RS Jasmine, yang meminta agar hasil pemeriksaan atau dokumen dari rumah sakit dikembalikan. Namun, karena merasa kecewa dan bingung, suaminya menjawab bahwa ia tidak tahu di mana surat itu berada.

Penjelasan dari dr. Benny, yang menyebut bahwa semua telah dilakukan sesuai dengan prosedur tetap (protap) rumah sakit, justru menambah kekecewaan. Jika benar bahwa prosedur yang diterapkan RS Jasmine adalah seperti yang dialami oleh korban, maka kekhawatiran akan munculnya korban-korban berikutnya bukanlah isapan jempol belaka.

Kasus ini menambah daftar panjang dugaan kelalaian medis di sejumlah rumah sakit, dan menjadi peringatan keras bagi seluruh fasilitas kesehatan untuk lebih mengedepankan nilai-nilai profesionalisme, empati, dan tanggung jawab terhadap pasien. Keluarga korban kini berharap agar kasus ini mendapat perhatian serius dari instansi terkait serta menjadi pintu masuk evaluasi total terhadap sistem pelayanan di RS Jasmine. (Nursalim Turatea/Yti).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *