INSPIRASI RAMADAN: Cinta Rasulullah

BAGI kaum Muslimin di Indonesia, tentu sangat familiar dengan Selawat Tarhim. Apalagi di bulan Ramadan, yang selalu diperdengarkan sebelum azan Subuh, sehingga identik dengan waktu imsak.

Selawat Tahrim diciptakan oleh Syekh Mahmud Khalil al-Hussary pada tahun 1959. “Al-Hussary” itu julukan untuknya, karena selalu beriktikaf di masjid dan duduk di atas sebuah alas yang terbuat dari anyaman tikar atau al-hussary.

Bagiamana Selawat Tarhim sampai terkenal di Indonesia? Setelah ditelisik, ternyata bermula dari siaran Radio Yayasan Masjid Rahmat (Yasmara). Sejak tahun 1974, radio AM 1152 KHz tersebut merelay untuk disiarkan kembali hingga ke pelosok-pelosok.

Dari Yasmara, tradisi memutar selawat Tarhim menjelang salat Subuh kemudian menular ke berbagai daerah, hingga saat ini.

Selain suaranya nan merdu, makna selawat ini juga penuh keagung. Berikut artinya:

𝘚𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘭𝘪𝘮𝘱𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘸𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘫𝘶𝘢𝘯𝘨, 𝘺𝘢𝘢 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩,

𝘚𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘸𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯 𝘱𝘦𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬 𝘐𝘭𝘢𝘩𝘪, 𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬

𝘚𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘤𝘶𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴𝘮𝘶, 𝘞𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯, 𝘠𝘢 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩.

𝘚𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘤𝘶𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶

𝘋𝘶𝘩𝘢𝘪 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘔𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘳𝘪, 𝘋𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘔𝘢𝘩𝘢 𝘔𝘦𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘪

𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳

𝘋𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘶𝘯𝘪 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘮𝘢𝘮,

𝘒𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘚𝘪𝘥𝘳𝘢𝘵𝘶𝘭 𝘔𝘶𝘯𝘵𝘢𝘩𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘵𝘢𝘴𝘮𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳

𝘞𝘢𝘩𝘢𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘩𝘭𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘠𝘢 𝘙𝘢𝘴𝘶𝘭𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘭𝘪𝘮𝘱𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘮𝘶

Semoga dengan memahami sejarah dan makna selawat Tarhim ini, kita senantiasa memuji Nabi Muhammad, dan makin mencintai Rasulullah.

Bagaimana menurut Anda? (Redaksi)

( Yti )