Ketika Takdir Bicara: Jejak Spiritualitas dan Perjuangan Dr. H. Amsakar Ahmad, M.Si Menuju Kursi Wali Kota Batam
Batam – Di tengah suasana khidmat dan penuh makna spiritual di Wisma Pusat Informasi Haji (PIH) Batam, Sabtu, 20 April 2025, sosok pemimpin yang kini dipercaya mengemban amanah sebagai Wali Kota Batam, Dr. H. Amsakar Ahmad, M.Si, menyampaikan sebuah pernyataan yang menembus relung batin hadirin dan menggugah kesadaran kolektif.
“Saya berjalan menuju kemustahilan untuk sampai ke kursi Wali Kota Batam, namun kekuasaan Allah menjadikan saya Wali Kota Batam,” ucapnya lirih, penuh getar emosi yang tak terbendung. Kata-kata itu tak sekadar kalimat, melainkan kesaksian hidup yang dilalui dengan darah perjuangan, peluh pengabdian, dan air mata keikhlasan.
Sontak, tepuk tangan panjang menggemuruh dari ratusan tamu yang hadir—tokoh agama, budayawan, akademisi, aktivis lintas ormas, dan masyarakat sipil. Bagi mereka yang mengikuti perjalanan panjang Dr. Amsakar Ahmad, pernyataan itu bukanlah retorika belaka, melainkan kristalisasi dari liku-liku ujian, kesendirian dalam prinsip, dan keyakinan yang tak pernah padam meski nyala dukungan kerap meredup.
Pada saat sebagian besar organisasi dan kolega yang dahulu dekat memilih jalan diam atau bahkan menjauh, ia memilih tetap berjalan. Dalam senyap, ia membalut luka pengkhianatan dengan kesabaran. Dalam sepi, ia membangun benteng harapan dari doa dan ikhtiar. Ia tak meratap, tak menyalahkan, apalagi menggugat. Ia meyakini, jika Allah telah menuliskan takdir, maka seluruh semesta akan bersaksi atas datangnya waktu yang dijanjikan.
Momen tersebut berlangsung dalam rangkaian pelantikan Gerakan Masyarakat Madani Kota Batam dan Yayasan Nazir Wakaf Mitra Umat Batam, serta Halal Bihalal dan Forum Group Discussion bertajuk “Pengembangan Investasi Wakaf Tanah”. Di sinilah publik menyaksikan bagaimana nilai-nilai spiritual, sosial, dan kepemimpinan menyatu dalam satu ruang dan waktu, menandai kebangkitan baru bagi wajah Batam ke depan.
Kini, ketika kepercayaan rakyat telah berpihak padanya, dan takdir telah menempatkannya sebagai pemimpin utama Kota Batam, Dr. Amsakar Ahmad kembali meneguhkan visinya: membangun Batam bukan hanya sebagai kota industri dan investasi, melainkan sebagai kota madani—kota yang menjunjung tinggi nilai iman, ilmu, dan amal dalam setiap langkah pembangunan.
Ia hadir bukan sekadar sebagai administrator pemerintahan, tetapi sebagai inspirasi, simbol harapan, dan perwujudan nyata bahwa pemimpin sejati tidak selalu datang dari panggung gemerlap, melainkan lahir dari lorong-lorong sunyi perjuangan dan keteguhan hati yang ditempa waktu.
Apa yang terjadi pada 20 April 2025 itu akan tercatat sebagai jejak sejarah—bukan sekadar tentang pelantikan atau pertemuan formal, tetapi tentang bagaimana kekuasaan Ilahi bekerja dalam senyap, mematahkan asumsi manusia, dan mengangkat mereka yang terus bersujud dalam keheningan.
Bagi mereka yang hadir, hari itu menjadi pelajaran berharga: bahwa dalam hidup ini, tak ada yang benar-benar mustahil. Ketika logika manusia menyerah, kuasa Tuhan mulai bekerja. Dan ketika dunia melupakan, langit sedang menulis cerita besar. (Nursalim Turatea/Yti).