Makna Idul Fitri: Kembali ke Fitrah dan Keberlanjutan Ibadah
– SidikFokus.id – Bogor, 1 April 2025 – Idul Fitri bukan sekadar perayaan penuh suka cita dengan pakaian baru dan hidangan lezat. Makna sejatinya lebih dalam, mengajarkan umat Islam untuk mengevaluasi diri serta memastikan bahwa ketaatan kepada Allah SWT semakin meningkat seiring berjalannya waktu.
Zulfikar, seorang tokoh dari Tanah Rencong, menuturkan bahwa Idul Fitri merupakan momen untuk merenungi perjalanan ibadah selama Ramadan dan bagaimana nilai-nilai kebaikan yang telah diamalkan tetap terjaga dalam kehidupan sehari-hari.
“Idul Fitri (sebenarnya) bukan untuk orang yang berpakaian baru, tetapi untuk mereka yang ketaatannya bertambah beriring waktu,” ungkapnya dalam sebuah refleksi mendalam.
Sebulan penuh umat Islam berpuasa, membaca Al-Qur’an, memperbanyak doa, serta memakmurkan masjid. Namun, apakah semua ini hanya ritual tahunan yang berakhir ketika bulan suci berlalu? Zulfikar mengingatkan bahwa semangat Ramadan harus tetap menyala, bahkan setelah Syawal tiba.
“Puasa tidak akan berakhir, Al-Qur’an tidak akan pergi, masjid-masjid tidak akan ditutup, ijabah doa tidak akan berhenti, pahala tidak akan terputus. Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kematian,” tegasnya.
Dengan kata lain, Ramadan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan titik awal bagi setiap muslim untuk terus memperbaiki diri dan menjaga kedekatan dengan Allah SWT.
Banyak orang merasa sedih ketika Ramadan berakhir, tetapi Zulfikar mengingatkan bahwa yang lebih menyedihkan adalah ketika seseorang kehilangan semangat ibadahnya setelah Ramadan.
“Tidak perlu sedih karena Ramadan akan pergi. Menangislah apabila Ramadan kembali, justru kita yang telah pergi.”
Kalimat ini menjadi renungan mendalam bagi umat Islam. Ramadan mungkin akan datang kembali, tetapi belum tentu setiap individu diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengannya. Oleh karena itu, penting untuk terus memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk memperbaiki diri dan meningkatkan amal ibadah.
Menjelang akhir Ramadan, setiap muslim yang mampu diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Zulfikar mengingatkan bahwa zakat fitrah bukan sekadar tradisi, melainkan kewajiban yang bertujuan menyucikan jiwa dan menyempurnakan ibadah puasa.
“Jangan lupa mengeluarkan zakat fitrah. Kita sudah di penghujung Ramadan dan beberapa jam kemudian akan memasuki Syawal.”
Dengan zakat fitrah, setiap muslim diharapkan dapat berbagi kebahagiaan dengan sesama, sehingga seluruh umat Islam, termasuk mereka yang kurang mampu, bisa merayakan Idul Fitri dengan suka cita.
Dalam suasana Idul Fitri, sering kali perbedaan dalam penetapan hari raya menjadi perbincangan hangat. Namun, Zulfikar menegaskan bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan secara berlebihan.
“Perbedaan itu indah. Di Indonesia saja terkadang berbeda hari raya, apalagi jika sudah berbeda negara. Yang penting puasanya tidak kurang dari 29 hari dan tidak lebih dari 30 hari.”
Dalam Islam, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dan sudah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu, yang terpenting adalah tetap berpegang teguh pada ajaran agama, patuh kepada Allah, Rasul, dan ulil amri.
Di penghujung refleksinya, Zulfikar menyampaikan doa dan harapan agar Allah SWT menerima amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadan serta memberikan kesempatan bagi setiap muslim untuk bertemu kembali dengan bulan suci di tahun mendatang.
“Semoga Allah limpahkan rahmat-Nya, menerima puasa dan amal ibadah kita, menyucikan hati dan menenangkan jiwa.”
Idul Fitri bukanlah akhir dari perjalanan spiritual, tetapi awal dari kehidupan yang lebih bermakna. Semoga semangat Ramadan tetap terjaga dalam diri kita sepanjang tahun, hingga kita dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh berkah di masa yang akan datang.
(Nursalim Tinggi).