Menanti Kehadiran Pemimpin: Antusiasme Muballigh dalam Acara Penandatanganan Amprah Insentif PMB Batam Kota
Batam, sidikfokus.id – 24 Maret 2025 – Pagi yang Penuh Harapan: Perjalanan Seorang Muballigh
Fajar baru saja menyingsing ketika seorang muballigh dari PMB Batam Kota, Nursalim Tinggi, bersiap meninggalkan rumahnya di Bukit Indah Piayu, Sei Beduk. Dengan penuh semangat, ia berangkat pada pukul 06.00 WIB, menembus sejuknya udara pagi menuju Tanwirul Naja (TANJAK), Bandara Hang Nadim, Nongsa. Perjalanan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari tanggung jawab seorang dai dalam membangun peradaban melalui dakwah.
Jalanan yang masih lengang memberikan ketenangan tersendiri, ditemani deretan pepohonan yang basah oleh embun. Sekitar pukul 07.02 WIB, Nursalim tiba di lokasi, disusul oleh para muballigh lainnya yang datang dengan semangat yang sama. Namun, suasana masih terbilang tenang. Sebagian besar muballigh mengisi waktu dengan ibadah sunnah, sementara yang lain berbincang ringan menunggu agenda utama dimulai.
Menunggu Kehadiran Walikota Batam: Antusiasme yang Tak Surut
Seiring berjalannya waktu, para muballigh semakin banyak yang berdatangan, mengisi ruangan dengan suasana kebersamaan yang hangat. Namun, acara belum bisa dimulai karena masih menunggu kehadiran Walikota Batam, Dr. Amzakar Achmad, yang dijadwalkan memberikan arahan kepada para muballigh.
Ketidakhadiran beliau bukanlah penghalang bagi para dai untuk tetap menjaga antusiasme. Justru, ini menjadi momen refleksi bagi mereka tentang peran besar yang mereka emban di tengah masyarakat. Beberapa muballigh memanfaatkan waktu dengan berdiskusi tentang tantangan dakwah di era modern, strategi pendekatan kepada generasi muda, serta pentingnya memanfaatkan teknologi dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.
Ketua PMB Batam Kota, Hidayat Hasbullah, yang telah lebih dulu hadir, turut menyapa para muballigh. Dalam obrolan santai, ia menekankan bahwa menunggu bukanlah sekadar menanti, tetapi juga kesempatan untuk semakin mempererat ukhuwah dan mempersiapkan diri agar semakin profesional dalam berdakwah.
“Seorang muballigh bukan hanya dituntut untuk menyampaikan ilmu, tetapi juga harus memiliki kesabaran dan kesiapan dalam menghadapi berbagai situasi. Maka, mari kita manfaatkan waktu ini untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman,” ujarnya dengan penuh kebijaksanaan.
Momentum Silaturahmi dan Konsolidasi Muballigh
Dalam suasana menunggu, interaksi antara muballigh semakin hidup. Beberapa muballigh berdiskusi tentang perkembangan metode dakwah yang lebih inklusif dan adaptif dengan perubahan zaman. Ada pula yang berbagi kisah inspiratif tentang perjuangan mereka dalam menyebarkan Islam di berbagai penjuru Batam.
Di sudut lain, kelompok kecil muballigh membahas pentingnya kolaborasi dalam menyampaikan dakwah. Mereka menyadari bahwa tantangan dakwah di era modern tidak bisa dihadapi sendirian, tetapi harus dengan sinergi dan kebersamaan.
Beberapa muballigh senior juga memanfaatkan waktu ini untuk memberikan nasihat kepada muballigh yang lebih muda. Mereka mengingatkan bahwa dakwah bukanlah sekadar tugas, melainkan amanah yang harus dijalankan dengan penuh keikhlasan dan dedikasi.
Harapan di Balik Penantian
Meskipun acara belum dimulai, tidak ada raut kekecewaan di wajah para muballigh. Justru, mereka melihat momen ini sebagai kesempatan untuk semakin memperkuat tekad dalam mengemban tugas dakwah.
Saat menanti kehadiran Walikota Batam, para muballigh menyadari bahwa dakwah bukan hanya tentang berbicara di depan jamaah, tetapi juga tentang kesiapan mental dan spiritual dalam menghadapi berbagai dinamika kehidupan. Dengan penuh kesabaran, mereka tetap menunggu, karena mereka tahu bahwa perjuangan dakwah membutuhkan ketahanan dan ketulusan hati.
Dalam hati mereka, tersimpan doa dan harapan, agar acara ini bukan sekadar pertemuan administratif, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat komitmen mereka dalam menyebarkan cahaya Islam di tengah masyarakat. Sebab, bagi seorang muballigh, setiap langkah yang diambil adalah bagian dari perjalanan panjang menuju ridha Allah.
Yanti