Menjaga Silaturahmi, Menyambung Cinta Langit dan Bumi
Batam-sidikfokus.id | Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kerap menjadikan status dan kedudukan sebagai tolok ukur nilai seseorang, muncul satu perenungan mendalam dari tokoh masyarakat Batam, Muhammad Fitrizal Hambali, yang mengingatkan bahwa dalam pandangan Allah SWT, kebesaran bukan diukur dari kuasa dan harta, melainkan dari sejauh mana manusia menjaga silaturahmi dan hubungan spiritual dengan Sang Khalik.
Dalam unggahan inspiratif yang ia bagikan bersama istri tercinta, Dina Aziz, Fitrizal menegaskan bahwa kehendak Allah SWT mampu mengangkat derajat siapa pun, bahkan orang yang dianggap kecil oleh manusia. Ia menulis bahwa ketika Allah bekerja, orang biasa pun terlihat luar biasa di hadapan mereka yang besar. Oleh karena itu, menjaga hubungan silaturahmi dengan Allah SWT menjadi kunci penting dalam kehidupan.
Pesan itu selaras dengan sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT, maka pasti Allah SWT akan memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia.” Sebuah pengingat bahwa hubungan vertikal (hablum minallah) adalah fondasi utama bagi terjalinnya keharmonisan horizontal (hablum minannas).
Tak hanya sampai di situ, ia pun mengutip hadist qudsi yang menggetarkan hati: “Barang siapa bersilaturahmi dengan penduduk bumi, maka penduduk langit akan bersilaturahmi kepadanya.” Hadis ini menegaskan bahwa silaturahmi bukan hanya membangun relasi sosial, tapi juga membentangkan jembatan kasih sayang hingga ke langit, mempertemukan cinta Tuhan dan cinta manusia.
Di tengah dunia yang serba cepat dan egois, refleksi yang disampaikan Fitrizal ini hadir bak oase spiritual. Ia mengajak umat untuk kembali kepada esensi nilai kehidupan: rendah hati, menjalin kasih sayang, dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Bukan semata karena pahala, tapi karena cinta — cinta yang menyatukan bumi dan langit dalam satu ikatan suci bernama silaturahmi.
Tulisan dan pesan ini menjadi napas baru bagi masyarakat Batam dan Indonesia pada umumnya, mengingatkan bahwa di tengah segala pencapaian duniawi, yang paling utama adalah bagaimana kita dikenang oleh langit. (Nursalim Tinggi/Yanti).