Perjuangan Hidup Sukamto: Dari Tukang Bangunan hingga Tukang Urut, Sebuah Kisah Keteguhan Hati
Batam, 29 Maret 2025 – Hidup memang tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya seseorang harus jatuh bangun dalam mencari penghidupan. Kisah Sukamto, seorang pria asal Temanggung, Jawa Tengah, adalah bukti bahwa hidup penuh dengan perjuangan yang tidak kenal lelah. Dengan pengalaman panjang di berbagai bidang pekerjaan, ia terus bertahan meski dilanda cobaan yang begitu berat.
Sukamto lahir pada tahun 1966 di Temanggung, Jawa Tengah. Sejak usia muda, ia telah terbiasa bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup. Pada tahun 1995, ia mulai bekerja sebagai tukang bangunan, menggeluti profesi ini hingga tahun 2002. Namun, setelah bertahun-tahun berkutat dengan batu dan semen, ia memutuskan untuk beralih profesi menjadi pedagang es dawet. Dari tahun 2002 hingga 2006, ia menjajakan minuman khas Jawa tersebut, berharap dapat meraih kehidupan yang lebih baik.
Namun, kehidupan tak selalu berpihak padanya. Pada tahun 2003, musibah besar menimpa keluarganya. Sukamto jatuh sakit selama kurang lebih satu tahun, dan ironisnya, penyakit itu juga menimpa istri serta anak-anaknya. Kondisi ini membuatnya kehilangan hampir semua harta benda yang dimiliki. Ketidakmampuan untuk bekerja serta biaya pengobatan yang tinggi memaksanya menjual seluruh aset yang ada hingga tak bersisa. Keadaan ini membuatnya terlunta-lunta, hingga akhirnya ia bersama keluarganya terpaksa tinggal di Masjid Gang Sado, Medan.
Menjalani hidup di masjid bukanlah hal yang mudah. Selama dua tahun, dari 2006 hingga 2008, Sukamto harus bertahan dengan menjadi petugas kebersihan di masjid tersebut. Terkadang, ia juga menarik becak untuk mendapatkan sedikit penghasilan demi membeli makanan. Tak ada pilihan lain selain menerima kenyataan pahit ini dengan lapang dada. Namun, semangatnya untuk bangkit tidak pernah pudar.
Pada tahun 2008, Sukamto kembali ke dunia bangunan. Meski usianya semakin bertambah, ia tetap gigih bekerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Bertahun-tahun ia jalani profesi tersebut, hingga akhirnya, dalam empat tahun terakhir, ia memilih menjadi tukang urut. Sejak tahun 2021 hingga sekarang, ia menawarkan jasa pijat kepada orang-orang yang membutuhkan.
Di tengah kerasnya perjuangan hidup, ada satu hal yang membuatnya begitu sedih. “Di kampung saya di Medan, banyak orang lain yang mendapatkan bantuan, tapi saya tak pernah sekalipun merasakannya,” ungkapnya dengan nada lirih. Meski demikian, ia tetap tegar dan tidak ingin bergantung pada orang lain.
Beberapa waktu lalu, kerinduan mendalam pada sang anak membawanya ke Batam. Anak laki-lakinya bekerja di kota ini, tepatnya di Perumahan Bukit Indah Piayu. Sang anak, Dian Lestari, telah berkeluarga dan memiliki dua anak, Aska dan Fadila.
“Saya kangen sama anak saya. Makanya, saya datang ke Batam untuk menjenguknya,” tutur Sukamto.
Saat berbincang dengan awak media di Masjid Jabal Fattah, Sabtu, 29 Maret 2025, ia menyampaikan kesannya tentang Batam. “Perumahan di sini indah ya, Pak,” ucapnya menutup perbincangan.
Kisah Sukamto adalah potret nyata perjuangan hidup yang tidak mudah. Dalam keterbatasan, ia tetap bertahan dan berusaha mencari jalan terbaik untuk dirinya serta keluarganya. Sebuah pelajaran berharga tentang keteguhan hati dan semangat untuk terus maju, meski hidup tak selalu berpihak. ( Yti )