PMB Perkuat Kelembagaan dan Sinergi dalam Pengelolaan Jadwal Khutbah serta Kultum di Batam

Batam – Penguatan kelembagaan menjadi fokus utama dalam upaya menjaga eksistensi dan peran penting Persatuan Mubaligh Batam (PMB). Dalam sebuah pertemuan strategis yang dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pengurus masjid di Batam, disoroti berbagai tantangan yang dihadapi organisasi ini, khususnya dalam distribusi jadwal khutbah dan kultum.

Dalam diskusi tersebut, muncul gagasan untuk memperkuat sistem kelembagaan PMB agar tetap dihormati dan memiliki peran sentral dalam pembinaan keagamaan di Kota Batam. Salah satu usulan yang mengemuka adalah pembentukan bidang kerja sama antar lembaga guna meningkatkan koordinasi dan efektivitas komunikasi antara PMB dengan berbagai pihak, termasuk Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan instansi terkait. Langkah ini diharapkan dapat memperjelas peran PMB serta menghindari tumpang tindih dalam pengaturan kegiatan dakwah.

Salah satu persoalan yang menjadi perhatian serius adalah distribusi jadwal khutbah dan kultum. Terdapat kekhawatiran bahwa sistem penjadwalan belum terkoordinasi secara optimal, yang berpotensi menurunkan efektivitas peran PMB. Diketahui bahwa beberapa masjid di Batam terkadang mengatur jadwal khutbah dan kultum secara mandiri tanpa melalui koordinasi dengan PMB. Hal ini menimbulkan dilema karena di satu sisi menunjukkan inisiatif dari pihak masjid, tetapi di sisi lain dapat mengurangi peran organisasi dalam menjaga keteraturan dan kesinambungan dakwah di berbagai tempat.

Dalam pertemuan tersebut, ditekankan bahwa pengaturan jadwal khutbah dan kultum harus tetap menjadi kewenangan PMB, bukan hanya takmir masjid. Sebab, PMB memiliki sistem yang lebih terstruktur dalam menyiapkan penceramah yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya sistem yang terorganisir, diharapkan materi dakwah dapat lebih terarah, variatif, dan tidak monoton, serta tetap mengutamakan moderasi beragama.

Selain itu, potensi konflik internal turut menjadi sorotan. Beberapa anggota PMB diketahui langsung berkoordinasi dengan pengurus masjid tanpa melalui prosedur organisasi, yang berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan dalam sistem yang telah berjalan. Indikasi adanya kepentingan tertentu yang dapat mengganggu soliditas organisasi juga menjadi catatan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan rekonsiliasi agar hubungan antaranggota PMB tetap harmonis dan sinergis dalam menjalankan visi bersama.

Sebagai solusi, pertemuan tersebut merekomendasikan beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah mengadakan rapat koordinasi dengan pengurus masjid dan pihak terkait guna menyamakan persepsi serta memperkuat komunikasi. Selain itu, muncul gagasan untuk menggelar acara halal bihalal bersama DKM masjid se-Batam sebagai upaya mempererat hubungan dan menumbuhkan kebersamaan antara PMB dan pengurus masjid. Momen tersebut dapat menjadi wadah dialog terbuka dalam mencari solusi terbaik terkait penjadwalan khutbah dan kultum.

Untuk memastikan koordinasi berjalan lebih efektif, disepakati pula perlunya penentuan tempat yang representatif sebagai pusat diskusi dan konsolidasi lebih lanjut. Dengan adanya tempat yang strategis, PMB dapat lebih mudah mengadakan pertemuan rutin serta menampung masukan dari berbagai pihak dalam pengelolaan kegiatan dakwah.

Dari diskusi yang berlangsung, tampak jelas bahwa semua pihak memiliki niat baik untuk menjaga soliditas PMB serta memastikan perannya tetap signifikan dalam mengelola jadwal khutbah dan kultum di Batam. Dengan koordinasi yang lebih kuat dan sistem yang lebih terstruktur, diharapkan PMB dapat terus menjadi lembaga yang dihormati serta berkontribusi dalam penguatan nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat.(Yanti/Nursalim Turatea).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *